Pantaskah Bercerai?

Viewed : 63 views

Apakah benar perceraian adalah satu-satunya jalan bagi perselisihan dalam rumah tangga?

Sudah berapa kali dalam pernikahan Anda memikirkan untuk bercerai? Apakah tiap kali terjadi argumentasi dan selisih pendapat? Atau bisa juga karena ketidaksepahaman dalam menghadapi sesuai atau ketidak setujuan dalam keputusan yang diambil sepihak? Kapan sih perceraian sebenarnya diperbolehkan terjadi?

Kerap kali merasa memberi lebih, kerap kali merasa pasangan tidak dapat mencukupi kebutuhan finansial keluarga, tidak mendapatkan dukungan seperti yang telah diberikan kepadanya, dan hal-hal tersebutlah yang mendorong perkataan cerai tersebut. Karena untuk apa ada pernikahan jika terasa hidup lebih berat, bukankah  pernikahan seharusnya lebih meringankan karena dipikul oleh dua orang? Untuk apa ada pernikahan jika memang pasangan tidak dapat memberi kasih sayang dan perhatian seperti yang telah diberikan dan dikorbankan oleh kita? Untuk apa mempertahankan suatu pernikahan yang kosong dan hampa?

Naik dan turun perasaan manusia kerap terjadi. Kata cerai sendiri adalah wujud dari ketidakpuasan salah satu pasangan terhadap pernikahan yang dibinanya.

Biasanya anak adalah yang menjadi penguat bagi pasangan suami dan istri untuk tetap melanjutkan pernikahan. Bahkan kadang dianggap sebagai pengorbanan hidup mereka untuk anak. Jika pasangan belum memilki anak apakah penguatnya? Rasanya takut akan Tuhan adalah wujud nyata dalam menjalani pernikahan. Tuhan sendiri telah berfirman agar kita saling mengutamakan satu dengan yang lain, menjadi pelayan bagi sesama (pasangan kita juga sesama kita, bukan?) masing-masing. Ajaran tersebut masih dapat diterima oleh akal manusia modern?

Tentu saja tidak? Sudah hampir punah orang yang kerap memberi dan melayani terus dalam kehidupan berumahtangga, orang yang kerap mengutamakan yang lain (anak dan pasangannya) dalam berkeluarga.




Lagipula itu bukan Cinta dan Kasih. Dalam hidup berpasangan kita harus berlomba saling memberi dan mengutamakan pasangan hidup kita. Karena kita menyayangi dan mencintainya dan hal ini berlaku bagi keduanya dan antara anak dan orangtua. Berlomba lah dalam memberi kejutan manis kepada pasangan tanpa mengenal lelah.

Jika salah satu pasangan memberi lebih besar daripada pasangan lainnya, Pasangan yang tertinggal sewajibnya mengejar ketinggalannya dalam memberi. Dan pasangan yang memberi besar hendaklah ikhlas, dengan cinta yang tak berbalas.

Tak banyak orang sanggup menerima Cinta yang tak berbalas. Kemarahan dan keegoisan kadang timbul sesudah ia mulai menghitung sudah berapa banyak yang diberi. Jika hal ini timbul, hal yang akan saya lakukan adalah:

1. Berbicara dari hati ke hati dengna pasangan

2. Menyindir pasangan jika tidak ada perubahan perilaku

3. Marah kepada pasangan  dengan mogok melakukan sesuatu (memasak, membantunya)

4. Memaklumi pasangan sebagai pasangan yang tidak romantis dan dingin

5. Mendoakan pasangan agar semakin mengasihi Tuhan

6. Mengajarkan kepada anak cara mengasihi terutama kepada teman hidupnya nanti

Eitts…bagaimana jika permasalahan yang dialami adalah karena perselingkuhan?

Perselingkuhan 40% terjadi karena tidak mendapatkan kasih dan perhatian cinta dari pasangannya, 30% ada pengalihan cinta, 20% karena masalah finansial, 10% karena kegemaran berselingkuh.




Jika saya mengalami hal itu, kata maaf akan sangat jauh dapat saya utarakan. Dan perceraian akan menjadi jawaban utama sesudah memiskinkan pasangan (pembalasan yang manis, bukan?) Tapi perselingkuhan bukan hanya melakukan hubungan rahasia dengan lawan jenis lain selain pasangannya. Bisa saja mencintai dan memberi perhatian lebih kepada sesuatu (pekerjaan, gagdet) atau orang lain (seperti teman atau keluarga besarnya) dibandingkan pasangan hidupnya sendiri dikategorikan sebagai selingkuh, menurut saya.

Mengulangi langkah diatas adalah hal yang paling sering saya lakukan dan entah sampai berapa kali saya dapat mengulanginya terus dan terus. Dan pengertian akan semuanya itu hanyalah Kasih. Sebab Kasih menenangkan hati, membahagiakan dan jawaban dari permasalahan dalam pernikahan.