Menelpon Mama

Viewed : 59 views

Sudahkah menjadi ibu? Bagaimana perasaanmu setelah menjadi ibu terhadap ibumu?

Saya kerap berkata dan memahami bahwa inilah yang ibu saya rasakan ketika saya nakal, ketika saya meraih prestasi dan ketika saya jatuh sakit. Saya sudah merasakan posisi ibu saya dan juga mengingat perasaan ketika masih menjadi “anak.”

Kapan terakhir kali menghubungi ibu? Ayolah di jaman serba mudah komunikasi, dimana banyak telpon yang menyediakan biaya murah untuk menelpon, rasanya sudah basi jika alasan tidak ada uang dikemukakan. Salah satu jasa telekomunikasi di Indonesia (Smartfren) menyediakan fasilitas menelpon gratis ke sesama Smartfren, walaupun saat menelpon pulsa kita nol.

Jika alasannya tidak ada waktu karena kesibukan di kantor dan pekerjaan? Hhmm…itu juga alasan saya -sambil tersenyum malu- tapi jangan sampai kelamaan. Segeralah luangkan waktu untuk menelpon, menanyakan kabar, dan membiarkan ibu kita berbicara dengan cucunya. Tentu akan menyenangkan.

Jika alasannya adalah karena ada konflik yang berkepanjangan…well rasanya harus disingkirkan kemarahan dan keegoisan kita. Tanpa memandang siapa yang salah, maafkan lah dan meminta maaf kepada orangtua. Akan sangat maniz dan menyenangkan sekali untuk memperoleh kedamaian dalam keluarga.

Sudah saatnya menelpon orangtua kita khususnya ibu yang telah melahirkan dan tiada henti mengucapkan “Terima Kasih, Bu” atau “I love you, Mum.”




Ibu alias mama saya adalah sosok yang sangat sabar dan penuh kasih atas anak-anaknya. Mama dapat memposisikan dirinya sebagai Asisten Papa, Juru Masak, Pengasuh, Guru, Penasihat dan Guide Tour. Dan hebatnya lagi semua dilakukannya tanpa memandang dirinya sendiri selama 24 jam setiap harinya sampai kami dewasa. Mama selalu mengutamakan kami.

Saya akui masih jauh dari sosok Mama, sekarang ini saya memilki pembantu yang membantu saya dalam kebersihan rumah, sehingga konsentrasi dapat tercurah pada 2 anak dan pekerjaan Asisten Suami. Belum lagi alat-alat elektronik rumah tangga yang sudah serba memudahkan yang membantu saya dalam urusan rumah.

Mama yang mengalami memasak dengan arang, kayu bakar, kompor minyak tanah dan kompor gas. Mama yang mencuci setumpuk baju dengan gilasan baju biasa, Mama yang harus menimba  sumur untuk memperoleh air bersih dan masih banyak lagi.

Argh…sekarang sudah mendekati hari ibu di Indonesia yang jatuh pada tanggal 22 Desember.

Terakhir saya menelpon adalah awal bulan Desember 2012 ini, ketika mama dan papa menanyakan, “Kapan pulang ke Cirebon?” Mereka masih menyebut kata “pulang”, padahal saya sudah 7 tahun menetap di Tangerang dan sudah berkeluarga.

Kata “Pulang” dipilih orangtua sebagai tanda bahwa saya tetaplah anak yang ditunggu kepulangannya ke kampung halaman. Duh….jadi makin kangen untuk menelpon sekedar bertanya kabar dan bertukar cerita.

Hidup ini sangat singkat bukan? Tidak ada yang tahu kapan dan dimana kita akan dipanggil Allah Bapa. I think, It’s time to call our Mom.