Menanggapi dengan Kasih

Viewed : 43 views

Tidak mudah untuk menanggapi dengan kasih terutama pada orang yang menyebalkan, yang patut didoakan untuk mendapatkan petaka atau balasan karma segera. Seperti dalam contoh kasus berikut ini, mengenai dua orang yang mengalami sesuatu yang buruk.

Orang yang pertama memiliki pasangan yang kerap melakukan tindak kekerasan, atau mengingkari janji setianya dengan berselingkuh. Bagaimana tanggapan kita dengan Kasih? Pada awalnya tentu kita akan memiliki rasa berbelas kasihan dan kemudian membantu orang yang ‘dianiaya’ oleh pasangannya itu untuk melakukan hal-hal yang diperlukan agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Namun…, apa yang akan kita katakan jika orang yang ‘dianiaya’ tersebut memaafkan pasangan yang telah menganiayanya? Dan bukan hanya sekali atau dua kali, tapi lebih dari itu.

Saya pribadi langsung menjawab, “Orang itu bodoh…Hidupnya sia-sia…”

Orang yang kedua adalah anak kita sendiri, yang dibesarkan dengan kasih sayang hingga remaja, kemudian mengalami pelecehan atau di-bullying oleh temannya atau orang lain. Bagaimana tanggapan kita dengan Kasih?
Marah dan muak, sudah pasti termasuk didalam tanggapan kita akan kejadian buruk ini. kemudian mengajarkan anak untuk dapat membela diri, dengan berkata, “Lawan dong…Agar yang melakukan tindakan tidak mengulanginya lagi.”

Semua tanggapan dan respon yang dilakukan oleh kita diatas sangat wajar, karena memang itulah yang telah diajarkan kita selama ini, agar kita melawan secara fisik jika disakiti. Namun benarkan tindakan tersebut? Apakah sudah dengan kasih? Apakah demikian yang Tuhan inginkan?




Suatu gambaran yang ingin kita bayangkan bahwa Tuhan juga berperan dalam segala tindakan jahat dan menyetujui semuanya itu terjadi pada anak-anak-Nya. Dan sebagai manusia yang memiliki emosi dan rasa keadilan, maka keputusan untuk melakukan tindakan melawan dan membela diri itu benar.

Coba membayangkan Tuhan tinggal disuatu tempat, maka sudah pasti tempat itu akan damai, penuh kasih, berkecukupan, dan berkelimpahan. Tapi hal ini berbeda dengan Yerusalem yang kita ketahui sebagai tempat Tuhan tinggal dan menetap. Yerusalem tempat yang jauh dari damai, Yerusalem sebuah tempat yg mengerikan.
Jika Tuhan melakukan hal yang kita lakukan dengan bahasa umum yang biasa digunakan ‘membela diri’ maka Tuhan akan membalas kepada Yerusalem, karena Yerusalem telah banyak membunuh nabi Allah, merajam utusan Allah. Namun dalam segala kemampuan-Nya, Allah tidak berbuat demikian. Sebaliknya Yesus malah mengatakan sudah lama Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu.

Sama seperti anak ayam yang berlindung di bawah sayap induk ayam yang penuh kasih, agar tetap hangat, demikianlah juga Allah bersikap lemah lembut dan menghangatkan anak-anaknya dengan penuh kasih.
Allah yang Maha Perkasa dan juga Pecemburu, namun juga Allah yang rapuh hati-Nya, karena Ia adalah Allah mudah berbelas kasihan terhadap kita, orang yang berdosa.

Saya dan kita semua adalah orang-orang yang berdosa yang tidak patut untuk dipandang dan dikasihani oleh Tuhan. Tidaklah heran dan bertanya-tanya jika Tuhan memalingkan muka-Nya dari kita. Lihatlah..., Tuhan tidak melakukan-Nya, namun sungguh besar Kasih dan Penyertaan-Nya atas kita.

Berlakulah seperti Allah dengan menunjukkan belas kasihan yang pebuh kasih pada pasangan, saudara, orang tua, teman dan semua orang.

Sama seperti Yesus yang menghadapi semua orang yang tidak menyukai, menghina dan menistakan-Nya, hadapilah orang-orang yang menyakiti kita walau dengan resiko hati yang terluka. Lari dari mereka, orang yang menyakiti hatijangan lari dan meninggalkan mereka, tetaplah tinggal dg mereka dan kerjakan apa yang baik di mata Tuhan. Biarlah semua menjadi semangat bagi kemuliaan Allah, jangan tinggal pada karakter diri yg lama, dosa yg lama, yang membuat kita tidak bisa menjadi kasih Tuhan. Dari apa yang sdh Tuhan Yesus teladani bagi kita.

Kiranya Tuhan menolong kita

Sumber: Kebaktian GKIS, 21 Februari 2016 oleh Pdt Evelyn dari GKI Kedoya