Menanggapi Pertengkaran antar Saudara

Viewed : 38 views

Pertengkaran antar saudara sering terjadi, dan selalu saja ada hal-hal yang dapat menjadi pemicu pertengkaran dalam keseharian mereka, baik mengenai mainan, buku, tingkah laku mereka yang dapat mencetuskan amarah saudaranya, dan pemicu lainnya.

Pertengkaran antar saudara

Hal ini disebabkan karena sifat dan kepribadian yang berbeda dari tiap anak yang dapat memicu pertengkaran antar saudara tersebut. Dan biasanya semakin besar usia anak, maka mereka akan semakin mengenal perbedaan masing-masing dan saling menghargai dan menerima. Bahkan pertengkaran antar saudara masih dikatakan wajar terjadi karena dengan bertengkar, berkelahi atau berantem, maka anak akan belajar mengenai kemampuan untuk bernegosiasi, berkompromi dan mengendalikan dorongan agresif.

Menurut Jennifer Shroff Pendley, PhD, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya pertengkaran antar saudara, yaitu:




  1. Kebutuhan
    Perubahan dan kebutuhan yang makin berkembang sering membuat kecemasan pada anak. Seperti balita yang pada umumnya akan bersikap protektif dengan mainan atau barang yang dimiliki, maka tidak mengherankan jika saudaranya mengambil mainan, ia akan melakukan perlawanan. Tapi hal ini akan berubah dengan alami, karena anak akan memahami seiring bertambahnya usia.
  2. Temperamen
    Temperamen tiap orang berbeda dan dipengearuhi oleh suasana hati, kemampuan beradaptasi dan disposisi yang dimiliki oleh masing-masing. Dan temperamen ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan seseorang dalam bergaul. Misalya seorang anak yang sangat dekat dengan ayah atau ibunya akan menimbulkan rasa kesal pada saudaranya, sehingga dapat memicu pertengkaran.
  3. Kebutuhan khusus
    Anak yang memiliki kebutuhan khusus, memerlukan waktu relatif lebih lama untuk mengontrol emosinya. Mereka mungkin menyadari kekurangannya itu dan menuntut perhatian ebih agar memperoleh apa yang dikenal dengan kenyamanan emosi.
  4. Panutan
    Cara orangtua dalam menyelesaikan masalah dan pertengkaran menjadi panutan bagi anak-anak mereka. JIka anak melihat orangtuanya berteriak, membanting pintu dan terus berdebat ketika ada masalah yang muncul, maka besar kemungkinan mereka akan mengambil langkah yang sama dengan orangtua mereka.

Pertengkaran dengan saudara adalah hal yang sangat wajar dialami dalam kehidupan bersaudara, tapi hal ini akan menjadi sangat tidak mengenakan jika suasana menjadi tidak menyenangkan lagi. Disinilah peranan orangtua diperlukan, untuk melerai hingga terjadinya luka fisik maupun luka secara psikologis bukan untuk meng-intervensi dan memecahkan permasalahan yang dialami diantara mereka.

Tindakan intervensi atau ikut campur dalam pertengkaran anak akan menimbulkan masalah lainnya, yakni anak menjadi tergantung untuk dibantu dan bisa juga salah satu anak akan merasa tersisihkan dan yang lain diistimewakan.



Namun jika memang orangtua diharuskan untuk turut campur dan terlibat di dalamnya maka orangtua harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

  • Memisahkan anak dengan memberikan waktu untuk mereka menjadi tenang terlebih dahulu
  • Jangan terjebak dalam keputusan siapa yang benar dan salah. Orangtua harus berusaha mencari situasi yang menguntungkan bagi kedua anaknya
  • Jika pertengkaran sudah parah sehingga mempengaruhi psikologis dan kerukunan antar anggota keluarga, maka diperlukan bantuan professional atau orang ketiga yang mampu memecahkan permasalahan dari pertengkaran tersebut

Yang perlu selalu diingat dalam pertengkaran dan perselisihan antar saudara dalam keluarga adalah dengan bertengkar dan berselisih paham, mereka belajar mengenai ketrampilan untuk menyelesaikan persoalan dan juga belajar untuk menghargai pandangan orang lain, cara berkompromi, bernegosiasi dan mengendalikan emosi.