Kakak Ipar yang Jahat

Viewed : 76 views

Helaan nafas berat mengiringi Jessy, ada beban dihatinya, ada rasa iri hati karena ketidakadilan. Tapi Jessy tak dapat berbuat apa-apa.

Sebagai anak bungsu yang lahir dari keluarga yang mapan dan pekerja keras, Jessy digembleng untuk hidup sederhana dan menabung lebih. Dan ajaran tersebut tidaklah salah. Setelah sekian tahun menabung, kini tabungan Jessy berkurang dan makin berkurang.

Emas yang dahulu dibeli dari uang hasil kerjanya sewaktu masih belia, terjual sudah untuk menutup pengeluaran harian keluarga yang Jessy bina bersama Bima suaminya. Cincin kawin yang menjadi simbol dan kenangannya akan hari indah itu juga sudah ludes terjual demi menutupi pengeluaran rumah tangganya. Jessy kerap meratapi tapi semuanya telah terjadi dan ratapan itu menjadi makin pilu di hati.

Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan, dan dengan mengingat terus janji Tuhan membuat Jessy kuat sampai kini.

Tapi kekuatan itu kadang runtuh, jebol oleh kikisan iri hati yang datang bagai hembusan angin taufan. Kembali rasa penyesalan mengasihani diri dan iri hati meraut marut.




Masih teringat di kenangan bagaimana Claris yang merupakan teman SMA nya yang tidak cantik dan jomblo berkunjung ke rumahnya, terlihat sangat jelas Claris tertarik dengan, Beni, kakak lelaki Jessy satu-satunya. Kini Claris telah menjadi kakak ipar Jessy, ia yang berasal dari keluarga tak punya seperti mendapatkan durian runtuh sejak menikah dengan kakak Jessy yang termasuk keluarga berada. Kehidupan yang mewah segera didapatnya tanpa kerja keras.

Pernikahan yang terjadi diantar mereka setelah Claris berbadan dua. Hal ini membuat Claris makin bersukacita karena ia dapat segera memberikan anak bagi Beni. Beni menjadi seperti kerbau dicucuk hidung di depan mata keluarga besar kami. Karena ia akan mati-matian membela Claris dan menghujaninya dengan uang hasil dari perusahaan keluarga.

Claris memang sangat mensyukuri memilki suami seperti Beni, tapi ia lupa untuk turut mengasihi mertua nya yang merupakan orangtua suaminya. Tingkah lakunya yang tidak sopan dan cenderung kasar dengan sikap selalu ingin dipuji membuatnya tidak akrab dengan saudara perempuan Beni berempat.

Tapi hal itu tidak mengubah Claris, tingkahnya yang bergaya hidup mewah telah sangat mengganggu ayah Beni yang adalah seorang pekerja keras dan sederhana. Kekecewaan dan marah kerap terucap dari mulut ayah Beni mengenai menantu perempuan satu-satunya itu. Ungkapan negatif serta keluhan mengenai gaya hidup Claris telah menjadi perbincangan diantara saudari-saudari Beni.




Tapi ayah Beni tidak dapat berbuat banyak karena Beni berdiri di depan Clarisa dan membelanya.

Seperti anak yang lupa daratan, Beni pun mengubah nama kepemilikan perusahaan menjadi atas nama ibu mertuanya yang adalah ibu dari Claris dengan alasan ayah Beni tidak mau menandatangani. Claris semakin merasa berada di atas angin atas semua yang didapatnya dengan cepat dan lupa diri.

Ia kerap berkata tidak enak kepada ibu Beni jika ibu Beni meminta dibelikan obat untuk jantung dan ginjalnya. Tapi ibu Beni berbesar hati dan menerima semuanya itu demi kebahagiaan Beni sekeluarga semata.

Claris sangat suka dengan pujian, dan tak sedikit orang-orang disekitarnya yang suka menjilatnya dibanjiri dengan uang dan pinjaman ringan atau dengan alasan bantuan sosial. Tapi kepada saudara perempuan Beni, tingkah polah Claris sangat jauh dari murah hati. Hal ini dimungkinkan karena saudari perempuan Beni tidak suka memuji berlebihan mengenai Clarisa dan anak-anaknya seperti yang diharapkan Claris.

Sikap angkuh pun dikenakannya kepada Jessy ketika Jessy yang merintis usaha memerlukan pinjaman lunak selama 1 bulan. Ketika itu Jessy terlambat 2 minggu dari yang janjikan, Jessy telah menjelaskannya kepada Clarisa, tapi Clarisa justru mengumbar ke beberapa orang bahwa Jessy meminjam uang darinya dan tidak dikembalikan.

Kesal, marah dan kecewa beraduk menjadi satu. Seperti kemasukan setan Beni tidak pernah mengkritik sikap istrinya kepada saudari perempuannya. Menganggapnya sebagai urusan sepele dan tidak menghasilkan keuntungan materi.

Hal ini membuat hubungan yang renggang antara Beni dengan saudara perempuannya. Dan rasa tersinggung serta sakit hati membatasi mereka.




Rasanya tidak adil bukan? Bagaimana mungkin Jessy yang merupakan anak kandung dari orangtua Beni tidak dapat menikmati kekayaan yang merupakan hasil dari orangtuanya juga? Bahkan untuk modal usaha Jessy harus menjual segala miliknya dahulu dan berhemat dengan sangat cermat dari tiap pengeluaran keluarga dengan dua orang anak yang masih kecil.

Dan lihatlah betapa rentannya hubungan saudara yang hanya didasari oleh uang.

Tapi peranan yang dapat membereskan disini adalah orangtua. Orangtua Beni terkesan segan, untuk campur tangan karena takut mengganggu kebahagian mereka yang justru telah menoreng banyak sekali luka di dalam keluarga besar.

Jessy makin paham akan ketegasan yang harus dimilki oleh tiap orangtua dalam membesarkan anak dan kejelasan mengenai hak yang didapat anak ketika mereka dewasa.

Ya, tentu saja dengan membuat surat waris dan dengan menentukan siapa yang memperoleh bagian ini dan itu tanpa bisa diutak-atik sesudah kematian orangtua tiba.
Dan sebaiknya wasiat itu pun dibicarakan dahulu dalam suatu rapat besar keluarga inti yang tidak melibatkan pihak menantu atau besan.

Kini rasanya semua sudah terlambat bagi Jessy dan Beni serta saudari-saudari mereka yang lain. Tapi bukan berarti Tuhan tidak akan berbuat apa-apa.




Tahukah kalian, bahwa Tuhan kita tak pernah tinggal diam, apalagi jika dilihatnya anakNya yang dikasihinya (kita) teraniaya oleh orang. Yang kita lakukan adalah berdoa dan mengampuni yang menganiaya seperti yang telah diajarkan dan dicontohkan-Nya selagi Dia di bumi.

Bahwa segala kesulitan dan jerih payah kita tak pernah sia-sia bagi Tuhan, dan akan ada cahaya terang di ujung sana yang menantikan setelah masa-masa sulit dan penuh kegelapan ini.

Jadi jangan menyerah dan tetap menjauh dari dosa, maka Tuhan Allah mu akan menolongmu.