Menjadi Tempat Curahan Hati

Viewed : 44 views

“Lu nggak bersyukur banget sih? Tau ndak elu tuh diberkati oleh harta yang berlimpah, berlipat-lipat lebih kaya daripada gue, tapi tidak mensyukurinya,”ujar Jen kepada Cessa. “Gue bersyukur kok, Jen,” sahut Cessa, “Gue hanya butuh tempat curhat.”

“Bukan gue nggak mau dengerin curhat elu, gue mau,” sahut Jen seraya mengubah posisi telponnya “Tapi gue rasa lu lebih baik curhat kepada Tuhan, karena Dia tidak hanya mendengar  tapi juga  bertindak.”

“Gue belum tahu caranya untuk memperoleh kelegaan itu, Jen,” Cessa berkata dengan nada keluhan yang panjang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, dan sudah 1 jam lewat 20 menit Cessa belum memperoleh kedamaiannya. Jen kesal, ia memberi jalan keluar tapi selalu ditolak dan tidak dianggap. Jen beranggapan untuk apa curhat jika tidak berharap jalan keluarnya.

Jen merasa sudah melalui jalan dan pengalaman yang dialami oleh Cessa kakaknya, ia telah menemukan jalan keluarnya dengan Tuhan. Ketika ia memberitahukan hal yang diketahuinya kepada kakaknya, Cessa mencapnya aneh dan tidak klop jawabannya.

Jen ingat ketika ia mengalami kesesakkan dan Cessa berkata-kata dengan pahit dan pedas ketika Jen curhat padanya. Jadi kata-kata yang keluar dari mulut Jen merupakan kasih atau balas dendam?

adsbygoogle.js”>


Letih sekali ya untuk menjadi ember tempat curhat. Pasti kedua pihak menjadi sebal satu sama lain. Cessa semakin menyadari dia sendirian dan tidak ada yang memahami dirinya. Cessa juga beranggapan adiknya sok tahu dan sok suci.

Jen merasa kakaknya tidak bersyukur atas berkat Tuhan dan tidak berpasrah kepada Tuhan.

Tapi Jen lupa, bahwa kebahagiaan memang juga berkat dari Tuhan,  harta dan penghasilan yang berlimpah tidak mendatangkan kebahagiaan. Bahwa perannya saat ini adalah untuk menjadi tempat curahan hati kakaknya yang sedang sedih, bukan sebagai guru atau ahli pemecah masalah.

Hanya menyediakan waktu, perhatian dan tissue untuk diberikan.

“Ya Tuhan, aku telah salah. Aku telah menjadi sok tahu dan merasa lebih besar pengalaman daripada Cessa,” Jen menyesali dalam hati kata-kata yang diutarakannya semalam yang terkesan menggurui dan mendekati kesombongan ketika pagi hari datang.

Cikal bakal kesombongan yang disadari segera oleh Jen merupakan akar dari kebanggaan pada diri sendiri karena telah keluar dari masalah. Jen menilai dari kekuatan dirinya bukan dari kekuatan Allah yang mengangkatnya.

Jen menyesali kesombongannya itu, “Tuhan ampuni aku. Sungguh aku harus lebih banyak belajar, lebih banyak mendengar dan lebih banyak bekerja. Tolong aku Tuhan, aku tidak ingin menjadi lupa diri dan menjadi sombong.”

Lebih baik mendengarkan dan tidak perlu komentar, tapi teruslah berdoa dalam hati ketika seseorang mencurahkan isi hatinya kepadamu dan berkomentarlah jika diminta.

adsbygoogle.js”>


Tuhan akan mendengarkan doamu untuk kesusahan orang itu, Dia akan menyentuh  tiap ciptaan-Nya dengan cara-Nya, karena Tuhan mengenal ciptaan-Nya melebihi yang lain. Dia tahu bagaimana, kapan dan dimana.

Beginilah caranya belajar dewasa dalam nama Tuhan.