Hadiah Natal

Viewed : 46 views

“Huaammm…,” aku menguap seraya menggeliatkan tubuhku dan berguling menghadap ke dinding  tetap memejamkan mata dan melanjutkan tidurku yang pura-pura. “Aku mau apa ya? O…ya sepeda mini,” ujarku dalam hati. Berpikir sejenak dari pertanyaan kakakku yang mengira aku masih tertidur. Ia menanyakan hadiah apa yang paling ingin Santa berikan untukku di hari Natal. Aku melanjutkan gumaman dalam tidur, alias mengigau dengan menyebut, “Sepeda mini.”

Hari itu menjelang natal dan kakakku yang tertua, Cessa, berniat memberikan surprise untuk adik-adiknya dengan memberikan hadiah natal. Mungkin karena aku tidak ikut serta dalam perayaan natal di sekolah saat itu dan kakakku tetap ingin membuat aku gembira. Sebenarnya aku sudah tahu bahwa hadiah yang diberikan di tiap hari natal adalah pemberian dari orangtuaku saat aku masih duduk di kelas 1 SD. Aku ketahui dengan menyimpulkan sendiri karena hadiah yang didapat selalu tidak sesuai dengan keinginanku.

Usiaku sudah akan menjelang 8 tahun dan walaupun sudah mengetahui siapa yang memberi hadiah dalam tiap natal, aku membiarkan kakakku merancangkan natal yang seru dengan berharap kali ini hadiahnya sesuai dengan keinginanku.
Lain waktu Cessa berkata, “Jen coba berdiri di tegel itu, bisa tidak kamu tidak jatuh jika berdiri dengan kaki merapat.” Jen dengan segera menerima  tantangan dan berdiri dengan rapat dalam satu tegel di lantai rumah dan dengan bangga memperlihatkan kemahirannya berdiri tegak dengan kaki rapat.

“Gimana bisa kan?” Ujarku dengan bangga. Cessa memerikasa kerapatan dan mengukur kakiku, kemudian ia mengacungkan ibu jarinya dan berujar sambil bertepuk tangan, “Hebat!”





3 hari menjelang natal, kakak menceritakan mengenai seekor rusa Santa yang perlu diberi rumput agar mereka mampir dan memakan rumput yang kami letakkan di sepatu. Sehingga Santa akan mengucapkan terima kasih dengan memberikan kami (aku dan kakakku, Anisa dan Buno) hadiah. Cessa juga memberikan instruksi mengenai rumput yang kami ambil, “Rudolf suka dengan rumput segar dan ada bunga liar sedikit,” sahut kakakku.

Kami bertiga segera berlari keluar rumah menuju ke rumah tetangga kami yang memilki rumput liar di dekat pagar mereka sambil membawa kantong plastik. Aku, Anisa dan Buno berlomba memetik rumput dan juga bunga liar yang tumbuh disekitarnya. Tetangga kami keluar dari rumahnya dan menengok keramaian suara kami dan mungkin bertanya-tanya dalam hati. Tapi mereka membiarkan kami melakukan pencabutan rumput liar di luar pagar mereka, “Hanya sekumpulan anak-anak yang mencabuti rumput dengan gembira,” pikir mereka dalam bayanganku.
“Ayo, ini sudah penuh, kita cuci dan keringkan,” ujar Anisa, kami segera berlarian ke arah rumah kami dan tidak menghiraukan sepeda dan becak yang melintas sambil membunyikan klakson mereka.

Kami mencuci dengan air sumur, Buno yang menimba dan mengguyurkannya bukan hanya ke arah rumput di dalam kantong, tapi kami juga…”hah hahahaha..,” kami tergelak oleh tawa yang lepas, riang, sangat menyenangkan sekali. Salah satu dari kami memutuskan untuk mengeringkan rumput tersebut di tempat teduh dan, jika sudah kering baru di jejalkan ke dalam sepatu kami masing-masing yang akan ditempatkan di kolong tempat tidur.

Kami senang sekali….




Hari malam natal tiba, rumput sudah kami jejalkan ke sepatu dan sepatu kami letakkan di bawah ranjang, kami berlima tidur bersama dalam satu kamar seperti biasanya. Berceloteh dengan riang sambil bersenda gurau. Rasa kantuk mengalahkan semuanya, kamar menjadi senyap. Dan aku ingat hanya kakakku Cessa yang masih tebangun.
Pagi menjelang, Buno dan Cessa membangunkan aku, “Jenn…Bangun…Santa beneran mampir loh,” teriak mereka seraya menyorongkan kotak hadiah mereka kepadaku, aku segera terbangun dan meloncat menengok ke bawah ranjang, dan di situ tergeletak satu kotak hadiah disamping sepatu yang sudah kosong dari rumput.

“Kok sepeda sekecil ini ya bungkusannya?” ujarku dalam hati. Tapi keriangan tetap ada dalam kamar kami. Kakakku datang dan turut bergembira bersama kami. Ramai-ramai kami membuka hadiah, dan kami semua memperoleh sepatu!

Sepatu baru itu menemani kami sekolah di tahun yang baru setelah selesai liburan Natal dan Tahun Baru dari sekolah. Dan aku senang sekali.

Berdasarkan fakta yang ada, aku tahu Cessa yang mengatur semuanya, dan aku senang sekali, walaupun bukan sepeda mini yang aku inginkan tapi sepatu baru ini sudah lebih dari cukup atas perhatian kakakku itu.

Kenangan itu masih nyata dan terbayang dalam pikiranku, kenangan indah masa kecil.