Eits… Jangan “Ngegas” Dulu, Kamu ini Berharga dan Berarti loh

Viewed : 227 views

Entah sudah yang keberapa kalinya, Max membanting meninju ranjangnya, menggebrak mejanya dan berteriak. Pintu kamar sudah terkunci, Max tidak ingin orang rumah tahu tindakannya, walaupun ia sadar sepenuhnya bahwa ibunya bisa mendengar yang dilakukannya dengan jelas. Pintu kamarnya terketuk dan suara ibunya yang khawatir terdengar di depan pintu, menanyakan apa yang terjadi. Tapi Max tidak ingin menceritakan kepada ibunya, sebab suara di dalam dirinya lebih keras menuduhnya sebagai orang yang gagal.

Ibu Max sangat mengasihi anaknya, tak pernah sedikitpun ia berpikir dan berharap yang buruk pada Max. Ibu Max rajin bertanya mengenai sekolah atau mengingatkan mengenai tugas-tugas Max. Terkadang Ibu Max juga memberikan saran dan nasihat untuk masa depannya. Terlihat rasa tidak suka dan amarah pada diri Max, jika Ibunya mulai melakukan hal-hal tersebut, walau ia sudah melakukannya dengan lembut, di saat santai atau dengan permintaan maaf di awal nasihat.

Sikap  Max, dimana ia dengan gampang marah “ngegas” dan defensif saat diberikan masukan yang membangun, walau dengan intonasi yang netral bahkan lembut adalah tanda ada luka di dalam dirinya. Sikap demikian, besar kemungkinan karena luka di masa kecil yang begitu menyakitkan baginya. Bisa karena kritikan yang tajam, perlakuan tidak adil, kasar dan temperamental yang dilakukan oleh keluarga terdekat, terutama orang tua.

Pada dasarnya orang tua memiliki harapan bagi anaknya, dan dalam kasus ini, Ibu Max juga yang melihat potensi anaknya yang sesungguhnya, yang belum disadari oleh Max sendiri. Iman dan keyakinan Ibu Max telah mendorong Max, anaknya, untuk menjadi lebih baik tiap hari. Hal tersebut membuat Max terus merasa dinilai tiap hari dan tidak bisa melakukan kesalahan. Maka tak salah jika Max mengeluarkan mekanisme pertahanan diri yang kaku karena ia terbiasa dengan masukan dan dorongan yang keras. Max menjadi sangat perfeksionis terhadap dirinya sendiri dengan meletakkan standar yang tinggi terhadap dirinya. Setiap nasehat, masukan bahkan kritikan, walau sepositif apapun itu, dengan nada semanis apapun, akan tetap terdengar seperti kegagalan besar bagi otak Max.

Yup, benar sekali, Max memiliki ego yang besar dan rentan. Otaknya akan mengenali masukan sebagai ancaman dan serangan, tak heran ia akan defensif dan “ngegas” saat mengidentifikasi kritikan, nasehat tersebut.

Adakah yang bisa dilakukan untuk menangani sikap seperti ini? Yang pertama sekali Max harus menyadari sikap defensif dan “ngegas” nya itu, dan keinginan untuk berubah dalam diri Max. Selanjutnya baca hal-hal dibawah ini:
1. Maafkan orang tuamu yang tidak sempurna itu, ingatkan berkali-kali dalam otakmu bahwa orang tuamu hanya menginginkan yang terbaik bagimu. Jika ibumu kerap mengingatkan, nikmatilah free reminder tersebut sebagai privilege with term. Sebab orang tuamu tidak mungkin hidup selamanya.

2. Terima kenyataan bahwa kamu memiliki sifat dan karakter negatif yang harus diubah. Hal ini membuat pekerjaan batin kamu banyak, sebab segala perubahan dalam diri akan menyebabkan ketidaknyamanan dan gejolak batin yang cukup memakan waktu. Jadi terima kenyataan dan take it easy with yourself.

3. Kenali perbedaan antara ancaman dan nasihat. Ancaman bisa terdengar manis atau pahit tapi hasilnya akan membawa ke hal yang negatif dan buruk di kemudian hari, sedangkan nasihat akan pahit, tapi akan membawa ke hal yang positif.

4. Belajar mengelola emosi kamu

5. Belajar berkomunikasi dengan baik, mengutarakan pendapat dengan baik dan jelas.

6. Kurangi kebiasaan asumsi atau mengira-ira maksud orang lain. Asumsi atau mengira-ira kadang bisa membantu memprediksi sikap dan langkah orang lain, lakukan tindakan tersebut hanya pada saat diperlukan untuk pekerjaan atau hal lain yang menguntungkan dirimu, bukan untuk membuat diri tertekan, terkukung dan terpojok karena asumsi mereka sendiri.

7. Hiduplah dengan HIDUP (Live your life) dengan kesadaran ke dalam bukan keluar. Kesadaran ke dalam adalah dengan memperhatikan perkembangan dan kehidupan diri sendiri secara mental dan fisik. Sedangkan kesadaran keluar adalah hidup dengan memperhatikan sekitar dan pendapat orang lain di luar terhadap diri sendiri.

8. Lakukan olah raga yang mengeksplorasi kelenturan tubuhmu, seperti olah raga yang meliuk-liukkan tubuh seperti menari, yoga, pilates, dll.

9. Lakukan afirmasi saat sedang menerima kritikan
Aku Berharga dan Berarti, Aku Dicintai dan Disayangi
Aku tidak diserang, Aku menerima masukan ini karena ini bisa menjadi hal yang baik bagiku